BELAJAR PENGELOLAAN RUMPUT LAUT DI KAPPA CARRAGEENAN
isnis rumput laut ternyata sangat potensial dan menguntungkan. Dampaknya pun akan sangat baik bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya para nelayan di pesisir. "Hari ini kita belajar dan melihat langsung pengelolaan industri rumput laut di PT Kappa Carrageenan Nusantara. Ternyata, potensinya luar biasa," kata Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Provinsi Kaltim HM Yadi Robyan Noor, di lokasi PT Kappa Carrageenan Nusantara di Desa Kurung, Kecamatan Kejayan, Kabupaten Pasuruan, Rabu (31/3/2021). Rombongan Kaltim terdiri dari para pejabat Disperindagkop dan UKM Kaltim, pengusaha rumput laut dari Samarinda, Samuel Kurniawan Ang (CV Multi Sarana Jaya) dan Ketua Tim Gubernur Untuk Pengawalan Percepatan Pembangunan (TGUP3) H Adi Buhari Muslim serta Anggota TGUP3 H Abdussamad. Hadir juga peserta dari Perwakilan BI Kalimantan Timur. Mereka mendapat penjelasan langsung dari Direktur PT Kappa Carrageenan Nusantara H Hamzah Moch Baabud. Dikatakan Hamzah, Indonesia memiliki potensi rumput laut yang sangat luar biasa dibanding negara lain seperti China dan Filipina, karena Indonesia berada di lintasan garis katulistiwa dengan hanya dua musim. "China punya rumput laut, tapi mereka punya empat musim. Filipina dulu juga berjaya, tapi menjadi sulit karena konflik di beberapa kawasan laut mereka seperti di Mindanao," jelas Hamzah meyakinkan potensialnya bisnis rumput laut di Indonesia, termasuk juga Kalimantan Timur. Ada banyak keuntungan jika masyarakat Kaltim mau lebih fokus pada pengembangan usaha rumput laut. Pertama usaha rumput laut tidak memerlukan biaya besar dan tidak perlu membeli lahan karena ada di laut. Budidaya rumput laut juga tidak memerlukan obat-obatan atau pupuk, seperti mengelola pertanian, karena semua sudah disediakan oleh laut. Nelayan juga tidak perlu mencangkul atau membajak sawah seperti petani, sebelum menanam. Rumput laut sudah bisa dipanen dalam waktu 45 hari, sedangkan padi harus tiga bulan (90 hari) baru bisa panen. Harga jual rumput laut juga lebih tinggi pada kisaran Rp12 ribu ke atas, sedangkan beras sekitar Rp5 ribu di tingkat petani. "Kami sendiri memberikan batas terendah kepada mitra-mitra kami di harga minimal Rp14 ribu," beber Hamzah. PT Kappa Carrageenan Nusantara sendiri hanya fokus pada subtitusi bahan impor untuk perusahaan yang memproduksi berbagai produk olahan, seperti kuliner (jeli, minuman, susu bayi), pasta gigi, plastik, kapsul (halal) dan lainnya. "Kami juga sukses mengolah limbah rumput laut menjadi bata ringan tahan gempa. Kami juga terus bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk pengembangan dan penelitian," jelas Hamzah. Potensi rumput laut Kaltim sendiri tersebar di kawasan pesisir, mulai dari Kabupaten Berau, Kutai Timur, Kutai Kartanegara, PPU, Paser dan Kota Bontang. (sul/humasprovkaltim) sumber : https://kaltimprov.go.id/berita/belajar-pengelolaan-rumput-laut-di-kappa-carrageenan
isnis rumput laut ternyata sangat potensial dan menguntungkan. Dampaknya pun akan sangat baik bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya para nelayan di pesisir.
"Hari ini kita belajar dan melihat langsung pengelolaan industri rumput laut di PT Kappa Carrageenan Nusantara. Ternyata, potensinya luar biasa," kata Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Provinsi Kaltim HM Yadi Robyan Noor, di lokasi PT Kappa Carrageenan Nusantara di Desa Kurung, Kecamatan Kejayan, Kabupaten Pasuruan, Rabu (31/3/2021).
Rombongan Kaltim terdiri dari para pejabat Disperindagkop dan UKM Kaltim, pengusaha rumput laut dari Samarinda, Samuel Kurniawan Ang (CV Multi Sarana Jaya) dan Ketua Tim Gubernur Untuk Pengawalan Percepatan Pembangunan (TGUP3) H Adi Buhari Muslim serta Anggota TGUP3 H Abdussamad. Hadir juga peserta dari Perwakilan BI Kalimantan Timur.
Mereka mendapat penjelasan langsung dari Direktur PT Kappa Carrageenan Nusantara H Hamzah Moch Baabud.
Dikatakan Hamzah, Indonesia memiliki potensi rumput laut yang sangat luar biasa dibanding negara lain seperti China dan Filipina, karena Indonesia berada di lintasan garis katulistiwa dengan hanya dua musim.
"China punya rumput laut, tapi mereka punya empat musim. Filipina dulu juga berjaya, tapi menjadi sulit karena konflik di beberapa kawasan laut mereka seperti di Mindanao," jelas Hamzah meyakinkan potensialnya bisnis rumput laut di Indonesia, termasuk juga Kalimantan Timur.
Ada banyak keuntungan jika masyarakat Kaltim mau lebih fokus pada pengembangan usaha rumput laut. Pertama usaha rumput laut tidak memerlukan biaya besar dan tidak perlu membeli lahan karena ada di laut.
Budidaya rumput laut juga tidak memerlukan obat-obatan atau pupuk, seperti mengelola pertanian, karena semua sudah disediakan oleh laut. Nelayan juga tidak perlu mencangkul atau membajak sawah seperti petani, sebelum menanam.
Rumput laut sudah bisa dipanen dalam waktu 45 hari, sedangkan padi harus tiga bulan (90 hari) baru bisa panen. Harga jual rumput laut juga lebih tinggi pada kisaran Rp12 ribu ke atas, sedangkan beras sekitar Rp5 ribu di tingkat petani.
"Kami sendiri memberikan batas terendah kepada mitra-mitra kami di harga minimal Rp14 ribu," beber Hamzah.
PT Kappa Carrageenan Nusantara sendiri hanya fokus pada subtitusi bahan impor untuk perusahaan yang memproduksi berbagai produk olahan, seperti kuliner (jeli, minuman, susu bayi), pasta gigi, plastik, kapsul (halal) dan lainnya.
"Kami juga sukses mengolah limbah rumput laut menjadi bata ringan tahan gempa. Kami juga terus bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk pengembangan dan penelitian," jelas Hamzah.
Potensi rumput laut Kaltim sendiri tersebar di kawasan pesisir, mulai dari Kabupaten Berau, Kutai Timur, Kutai Kartanegara, PPU, Paser dan Kota Bontang. (sul/humasprovkaltim)
sumber : https://kaltimprov.go.id/berita/belajar-pengelolaan-rumput-laut-di-kappa-carrageenan