Shopping cart

Subtotal: $4398.00

View cart Checkout

shape
shape

Roby : Yang Mampu, Jangan Beli Tabung Gas Melon

  • Home
  • Roby : Yang Mampu, Jangan Beli Tabung Gas Melon

Roby : Yang Mampu, Jangan Beli Tabung Gas Melon

Salah satu komoditi yang sedang 'hot' dalam beberapa waktu terakhir ini adalah LPG 3 kg. Direktur Utama PT Pertamina Wicke Widyawati di Jakarta bahkan menyebut LPG 3 kg digunakan oleh 93 persen penduduk Indonesia. Hal itu kemudian menyebabkan di banyak daerah harga tabung gas melon menjadi mahal dan terkadang sulit dicari. Pertanyaannya, apakah benar 93 persen pengguna tabung gas melon itu masyarakat tidak mampu? Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Provinsi Kaltim HM Yadi Robyan Noor mengajak masyarakat Kaltim tidak menyalahi kebijakan pusat. "Artinya, subsidi harus dinikmati oleh masyarakat yang berhak menerima," kata Roby, Jumat (8/4/2022). Roby menjelaskan pemerintah mengatur tabung gas melon bersubsidi itu sejatinya diperuntukkan bagi rumah tangga miskin dan para pelaku usaha mikro. Untuk Kaltim sendiri, Roby menegaskan bahwa stok LPG 3 kg cukup aman dan tersedia. "Yang pasti, kuota selalu lebih. Harapan kita masyarakat yang berhak saja yang membeli. Yang tidak berhak jangan beli gas bersubsidi lah," harapnya. "Estimasi stok cukup tersedia hingga 20 hari ke depan. Kami siap operasi pasar bila ada daerah yang defisit berat," imbuh Roby. Dari Jakarta juga dikabarkan, pemerintah akan segera mengambil langkah untuk mengubah skema penyaluran subsidi LPG 3 kg menjadi berbasis target penerima. Subsidi tidak akan lagi diberikan kepada komoditi/barang, tetapi langsung ke target penerima. Dimana target penerima akan disesuaikan dengan Data Terpadu Sosial Kesejahteraan (DTSK) dari seluruh Indonesia. Pemerintah telah melakukan kajian bahwa penyaluran subsidi LPG 3 kg kurang tepat sasaran, karena masih banyak warga mampu juga ikut berburu tabung gas bersubsidi tersebut, akibat disparitas harga dengan tabung gas nonsubsidi yang sangat jauh. Untuk diketahui, subsidi BBM dan LPG tahun ini sekitar Rp77,5 triliun. Angka yang sangat besar. Maka sangat disayangkan bila penyaluran subsidi ini tidak tepat sasaran. (sul/her/yans/adpimprovkaltim) www.kaltimprov.go.id #kaltimberdaulat #pemprovKaltim #indonesiaMaju #infoKaltim #biroadpimkaltim #kalimantantimur #pemprovKTapr2022 #eastborneo #lawancovid19Salah satu komoditi yang sedang 'hot' dalam beberapa waktu terakhir ini adalah LPG 3 kg. Direktur Utama PT Pertamina Wicke Widyawati di Jakarta bahkan menyebut LPG 3 kg digunakan oleh 93 persen penduduk Indonesia. Hal itu kemudian menyebabkan di banyak daerah harga tabung gas melon menjadi mahal dan terkadang sulit dicari.

Pertanyaannya, apakah benar 93 persen pengguna tabung gas melon itu masyarakat tidak mampu?

Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Provinsi Kaltim HM Yadi Robyan Noor mengajak masyarakat Kaltim tidak menyalahi kebijakan pusat.

"Artinya, subsidi harus dinikmati oleh masyarakat yang berhak menerima," kata Roby, Jumat (8/4/2022).

Roby menjelaskan pemerintah mengatur tabung gas melon bersubsidi itu sejatinya diperuntukkan bagi rumah tangga miskin dan para pelaku usaha mikro.

Untuk Kaltim sendiri, Roby menegaskan bahwa stok LPG 3 kg cukup aman dan tersedia.

"Yang pasti, kuota selalu lebih. Harapan kita masyarakat yang berhak saja yang membeli. Yang tidak berhak jangan beli gas bersubsidi lah," harapnya.

"Estimasi stok cukup tersedia hingga 20 hari ke depan. Kami siap operasi pasar bila ada daerah yang defisit berat," imbuh Roby.

Dari Jakarta juga dikabarkan, pemerintah akan segera mengambil langkah untuk mengubah skema penyaluran subsidi LPG 3 kg menjadi berbasis target penerima. Subsidi tidak akan lagi diberikan kepada komoditi/barang, tetapi langsung ke target penerima. Dimana target penerima akan disesuaikan dengan Data Terpadu Sosial Kesejahteraan (DTSK) dari seluruh Indonesia.

Pemerintah telah melakukan kajian bahwa penyaluran subsidi LPG 3 kg kurang tepat sasaran, karena masih banyak warga mampu juga ikut berburu tabung gas bersubsidi tersebut, akibat disparitas harga dengan tabung gas nonsubsidi yang sangat jauh.

Untuk diketahui, subsidi BBM dan LPG tahun ini sekitar Rp77,5 triliun. Angka yang sangat besar. Maka sangat disayangkan bila penyaluran subsidi ini tidak tepat sasaran. (sul/her/yans/adpimprovkaltim)

www.kaltimprov.go.id

#kaltimberdaulat #pemprovKaltim #indonesiaMaju
#infoKaltim #biroadpimkaltim #kalimantantimur
#pemprovKTapr2022 #eastborneo #lawancovid19